Monday 3 November 2014

staffing and directing

MAKALAH
MANAJEMEN STRATEGIS
logo_umm.png
Disusun : 9
Anggota :
Ø  Erwin Fitra Badare (183)
Ø  Yusman Daud R (185)
Ø  Syahrul Rahmat I (204)
Ø  Imam Syafirudin  (039)
Ø  Mohammad imron (2010-112)


JURUSAN AKUNTANSI / FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
2013/2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Suatu strategi di pilih dari semakain banyak alternative yang telah di analisis dan di pertimbangkan dengan teliti dan matang serta di laksanakan dalam satu kurun waktu tertentu. Maksudnya adalah agar satu organisasi berada pada kondisi dan posisi yang efektif dalam upaya menciptakan tujuan dan berbagai sasaran dalam lingkungan eksternal yang sering berubah pada tingkat dan intensitasnya yang pada kalanya tidak mungkin di perhitungkan sepenuhnya sebelumnya. Suatu strategi per definisi berorientasi pada masa depan. Karena orientasi demikian pemilihan strategi tertentu pada umumnya di dasarkan pada berbagai asumsi yang berdasarkan asumsi yang di gunakan oleh para perumus dan penentu strategi itu dengan sepenuhnya menyadari bahwa semua peristiwa dan faktor yang berpengaruh pada implementasi strategi dapat di pertimbangkan dan di pehitungkan dengan tepat.
Implementasi juga terkait dengan pengarahan staf untuk menggunakan kompetensinya pada tingkat yang paling optimal untuk mencapai sasaran perusahaan. Tanpa adanya pengarahan, staf cenderung melakukan pekerjaan sesuai  cara pandang mereka. Mereka mungkin melakukan pekerjaan berdasarkan pengalaman masa lalu atau menekankan pekerjaan pada hal-hal yang paling mereka senangi, tanpa  memperhatikan apakah yang mereka kerjakan sudah sesuai dengan arah strategis yang baru. Pengarahan dapat berbentuk kepemimpinan dari pihak manajemen, mengkomunikasikan norma perilaku dari budaya perusahaan, atau membangun kesepakatan diantara para pegawai sendiri dalam kelompok kelompok kerja yang otonom.
Untuk mengarahkan strategi bari dengan efektif, manajemen puncak harus mendelegasikan wewenang dan tanggungjawabnya dengan tepat kepada para manajer operasionalnya. Meraka harus mampu mendorong pegawai untuk berperilaku  sesuai dengan cara-cara yang diinginkan oleh perusahaan dan mengkoordinasikan tindakan untuk menghasilkan kinerja yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Penataan Staf (Staffing) dan Pengarahan(Directing)?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Penataan Staf Mengikuti Strategi ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan Seleksi dan Pengembangan Manajemen ?
4.      Apa saja Berbagai Masalah dalam Pengurangan Karyawan ?
5.      Apakah yang dimaksud dengan Mengelola Budaya Perusahaan ?
6.      Apakah yang dimaksud dengan Menilai Kesesuaian Strategi-Budaya ?
7.      Apakah yang dimaksud dengan Mengelola PerubahanBudayaMelaluiKomunikasi?
8.      Apakah yang dimaksud dengan MengelolaBudayaBeragamMenyusulAkuisisi ?
9.      Apakah yang dimaksud dengan Perencanaan Tindakan ?
10.  Apakah yang dimaksud dengan Management By Objectives (MBO) ?
11.  Apakah yang dimaksud dengan Total Quality Management (TQM) ?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan staffing dan directing.
2.      Menjelaskan yang dimaksud dengan Penataan Staf Mengikuti Strategik.
3.      Menjelaskan yang dimaksud dengan Seleksi dan Pengembangan Manajemen ?
4.      Menjelaskan Berbagai Masalah dalam Pengurangan Karyawan ?
5.      Menjelaskan yang dimaksud dengan Mengelola Budaya Perusahaan ?
6.      Menjelaskan yang dimaksud dengan Menilai Kesesuaian Strategi-Budaya ?
7.      Menjelaskan yang dimaksud dengan Mengelola PerubahanBudayaMelaluiKomunikasi?
8.      Menjelaskan yang dimaksud dengan MengelolaBudayaBeragamMenyusulAkuisisi ?
9.      Menjelaskan yang dimaksud dengan Perencanaan Tindakan ?
10.  Menjelaskan yang dimaksud dengan Management By Objectives (MBO) ?
11.  Menjelaskan yang dimaksud dengan Total Quality Management (TQM) ?




1.4 Manfaat Penulisan
            Makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan tentang implementasi strategi Penataan Staf (Staffing) dan Pengarahan(Directing)dalam perusahaan. Selain itu, makalah ini kami buat agar dapat dijadikan referensi bagi para pembaca pada umumnya.



















BAB 2
PEMBAHASAN

 2.1 Penataan Staf (Staffing)
Implementasi strategi dan kebijakan baru sering membutuhkan prioritas-prioritas baru dalam manajemen sumber daya manusia dan penggunaan yang berbeda atas sumber daya manusia yang tersedia. Beberapa perubahan tertentu tersebut  berarti mempekerjakan orang baru dengan keterarnpilan baru,  memecat orang dengan keterampilanyang tidak sesuai atau tidak mampu  memenuhi standar, dan atau melatih kembali karyawan yang ada untuk belajar keterampilan yang baru.
Jika perusahaan akan mengimplernentasi strategi-strategi pertumbuhannya, perusahaan mungkin perlu merekrut orang baru untuk dipekerjakan dan dilatih.
Jika perusahaan mengadopsi strategi perampingan, perusahaan mungkin perlu memberhentikan sejumlah besar karyawan. Menejemen perlu menetapkan kriteria yang digunakan dalam keputusan penempatan karyawan.
2.1.1Penataan Staf Mengikuti Strategi
  • Perubahan dalam Kebutuhan Merekrut dan Melatih
 Setelah sebuah strategi baru dirumuskan, berbagai jenis sumber daya manusia mungkin dibutuhkan untuk mengisi posisi-posisi tertentu, atau karyawan yang ada sekarang mungkin perlu dilatih kembali untuk dapat mengimplementasi strategi baru.
  • Pelatihan dan Pengembangan
Salah satu jalan untuk mengimplementasi strategi bisnis atau korporat suatu perusahaan dan sangat penting dalam mengimplementasi strategi diferensiasi yang menekankan kualitas atau layanan kepada pelanggan.



·         Menyesuaian Manajer dengan Strategi
Beberapa ahli menyatakan bahwa jenis “terbaik” atau sosok yang paling sesuai dari seorang manajer umum (general manajer) yang dapat dengan efektif mengimplementasi sebuah strategi baru unit bisnis atau perusahaan tergantung para arah strategis yang di inginkan oleh perusahaan / unit bisnis tersebut. Perusahaan yang memilih untuk mengambil strategi stabilitas mungkin membutukan CEO nya adalah perencanaan laba yang hati-hati, yaitu orang yang memiliki gaya konservatif, berlatar belakang produksi atau insinyur, persediaan dan prosedur. Prosedur strandarisasi.
2.1.2Seleksi dan Pengembangan Manajemen
Seleksi dan pengembangan adalah hal yang sangat penting, tidak hanya untuk memastikan bahwa perusahaan telah merekrut orang-orang yang memiliki paduan keahlian dan pengalaman yang tepat, tetapi juga untuk membantu mereka berkembang dalam pekerjaannya untuk mempersiapkan mereka pada promosi yang akan datang.
  • Suksesi Eksekutif : Orang Dalam vs Orang Luar,
Perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat pada umumnya mengganti eksekutif puncaknya setiap delapan tahun, Oleh sebab itu perusahaan perlu merencanakan suksesi eksekutif, khususnya jika perusahaan tersebut biasa melakukan promosi dari dalam.
  • Mengindentifikasi Kemampuan dan Potensi
Perusahaan dapat mengidentifikasi dan mempersiapkan orang-orangnya untuk posisi-posisi penting dalam beberapa cara. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menetapkan sistem penilaian kinerja yang baik untuk mengidentifikasi orang-orang yang berkinerja baik dengan potensi promosi yang dimilikinya. Survei terhadap 34 perencana perusahaan dan eksekutif sumber daya manusia dari 24 perusahaan besar Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 80 persen dari mereka telah membuat beberapa usaha untuk identifikasi bakat dan perilaku manajer yang sesuai, sehingga mereka dapat menyesuaikan manajer-manajer tersebut sedekat mungkin dengan strategi khusus yang direncanakan perusahaan.

2.1.3 Berbagai Masalah dalam Pengurangan Karyawan
Downsizing (perampingan) merujuk kepada eliminasi terencana posisi atau pekerjaan-pekerjaan tertentu. Perusahaan-perusahaan pada umumnya menggunakan pendekatan tersebut dalam mengimplementasi strategi pengurangan (retrenchment). Komunitas masyarakat keuangan akan lebih bereaksi positif terhadap pengumuman perampingan dari perusahaan yang sedang mengalami kesulitan, karena program seperti ini dapat memberikan beberapa manfaat jangka pendek.
Berikut ini adalah beberapa pedoman dalam melakukan perampingan yang berhasil,
  • Eliminasi pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu, bukan melakukan pemotongan di berbagai bidang
Gunakan waktu yang tersedia untuk mengetahui dengan tepat ke mana dana mengalir dan kurangilah pekerjaan, bukan pekerja, jika ternyata pekerjaan tersebut tidak memberi nilai tambah kepada apa yang diproduksi perusahaan. Sebagai contoh, produktivitas para ilmuan di R&D perusahaan Colgate-Palomolive meningkat signifikan ketika mereka dibebaskan dari kewajiban untuk melakukan pengawasan dan pelaporan yang berlebihan.
  • Kontrakkan keluar pekerjaan-pekerjaan yang pihak lain mampu mengerjakannya dengan lebih murah
  • Rencanakan efisiensi jangka panjang
Jangan mudah mengeliminasi semua biaya yang dapat ditunda seperti perawatan, penelitian dan pengembangan,dan periklanan, dengan anggapan (yang tidak dapat dibenarkan) bahwa situasi lingkungan bisnis akan lebih mendukung.
  • Komunikasikan alasan-alasan mengambil tindakan perampingan
Beritahukan kepada karyawan tidak hanya mengapa perusahaan akan melakukan perampingan, tetapi juga apa yang sedang diusahakan oleh perusahaan untuk tercapai. Fokuskan dan tekankan pada pernyataan misi yang hendak dicapai.
  • Melakukan investasi pada karyawan yang selamat dari program perampingan          Para karyawan perusahaan yang selamat dari proses perampingan mungkin akan mengerjakan berbagai macam tugas yang berbeda dari sebelumnya akibat perusahaan tersebut, karena itu perusahaan perlu membuat draft baru tentang spesifikasi kerja, standar kinerja, teknik penilaian kinerja, dan paket kompensasi baru bagi para karyawannya. Pelatihan tambahan juga diperlukan untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki keterampilan yang sesuai untuk menghadapi berkembangnya pekerjaan dan tanggung jawab yang akan ditanganinya.
  • Kembangkan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki nilai tambah untuk mengimbangi berkurangnya pekerjaan
Ketika tidak ada lagi pekerjaan yang tersedia bagi karyawan yang selamat dari perampingan, pihak manajemen harus mempertimbangkan beberapa alternatif  penataan staf lainnya.
2.1.4 Isu International Dalam Staffing
Penugasan internasional diikuti dengan fokus transfer pengetahuan dan mengembangkan kepemimpinan global. Mereka memilih karyawan dengan mempertimbangkan bahwa kemampuan skillnya memadai – memenuhi syarat dan karyawan mempunyai kemampuan lintas budaya.
Pemutusan hubungan penugasan internasional dilakukan dengan proses yang terencana; dengan membuat pedoman karir sehingga karyawan dapat melamar posisi yang ditinggalkan.
2.2Pengarahan (Directing)
Implementasi juga melibatkan pengarahan karyawan untuk menggunakan kemampuan dan keahlian mereka pada tingkat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi. Tanpa adanya pengarahan, karyawan cenderung melakukan pekerjaan mereka menurut cara pandang mereka pribadi tentang tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana dilakukan, dan untuk tujuan apa. Mereka mungkin melakukan pekerjaan menurut apa yang mereka dapatkan pada masa lalu atau menekankan pekerjaan pada hal yang paling mereka sukai – dengan tidak memperhatikan apakah yang mereka kerjakan merupakan prioritas utama bagi perusahaan. Pengarahan dapat berbentuk kepemimpinan dari pihak manajemen, mengkomunikasikan norma perilaku dari budaya organisasi, atau membangun kesepakatan di antara para pekerja sendiri dalam kelompok-kelompok kerja yang otonom.
Untuk mengarahkan sebuah strategi baru dengan efektif, manajemen puncak harus mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dengan tepat kepada para manajer operasionalnya. Mereka harus mampu mendorong karyawan untuk berperilaku sesuai cara yang dinginkan oleh organisasi dan mengkoodinasi tindakan tersebut untuk menghasilkan kinerja yang efektif. Para manajer harus dirangsang untuk menemukan solusi kreatif untuk mengimplementasi masalah tanpa terjebak ke dalam konflik. Kadang kala sasaran tersebut dapat dicapai secara tidak langsung melalui budaya perusahaan yang kuat, dengan diterimanya norma- norma dan nilai- nilai yang menghargai kinerja tim, dan komitmen terhadap sasaran dan strategi perusahaan. Sasaran itu juga dapat dicapai dengan cara yang lebih formal melalui perencanaan tindakan atau melalui program- program tertentu seperti Management By Objective (MBO) dan Total Quality Management (TQM).
2.2.1 Mengelola Budaya Perusahaan
Karena budaya organisasi dapat berpengaruh kuat terhadap perilaku seluruh karyawan, maka budaya organisasi dapat berpengaruh besar pada kemampuan perusahaan untuk mengubah arah strateginya. Masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan dengan budaya yang kuat adalah bahwa perubahan dalam misi, sasaran, strategi, atau kebijakan perusahaan, kemungkinan besar tidak berhasil dengan baik jika di dalam perusahaan ada pihak oposisi terhadap budaya organisasi yang dianut. Budaya perusahaan mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menolak perubahan karena adanya keinginan untuk mempertahankan hubungan dan pola perilaku yang stabil.
Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satupun budaya organisasi yang terbaik. Budaya yang optimal adalah budaya yang dapat mendukung dengan baik misi dan strategi perusahaan yang merupakan bagian yang didalamnya. Karena itu, seperti halnya struktur dan penataan staf, budaya organisasi harus mengikuti strategi yang telah ditetapkan. Kecuali ada kesepakatan dalam penetapan budaya perusahaan yang akan digunakan, maka perubahan mendasar dalam strategi harus mampu membawa kepada modifikasi budaya organisasi. Walaupun penelitian mengindikasikan bahwa budaya perusahaan harus dapat diubah, namun proses tersebut membutuhkan usaha besar dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pekerjaan penting yang harus dilakukan oleh pihak manajemen adalah: (1) mengevaluasi perusahaan khusus apa dalam strategi yang akan berpengaruh besar terhadap budaya perusahaan, (2) menilai apakah perubahan dalam budaya memang diperlukan, (3) memutuskan apakah usaha mengubah budaya perusahaan sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Budaya perusahaan memiliki dua atribut penting, yaitu:                        
  • Intensitas, yaitu “seberapa besar para anggota sebuah unit bisnis sepakat pada norma, nilai, atau unsur-unsur budaya lain yang berhubungan dengan unit bisnis tersebut”.
Organisasi dengan norma-norma yang kuat mendukung keberadaan nilai-nilai khusus tertentu, seperti konsep kualitas di Maytag, memiliki budaya yang intensif, sedangkan perusahaan-perusahaan baru (atau yang sedang berada dalam tahap transisi) memiliki budaya yang lebih lemah, budaya yang kurang intensif Karyawan sebuah perusahaan dengan budaya yang kuat cenderung menunjukkan konsistensi dalam perilaku, mereka cenderung berperilaku sama sepanjang waktu.
  • Integrasi,yaitu “seberapa besar unit-unit bisnis dalam sebuah organisasi membagi sebuah budaya yang sama”.
Organisasi dengan budaya dominan yang mengakar kuat biasanya terkendali secara hirarki dan berorientasi pada kekuasaan, misal dalam unit militer, dan memiliki budaya yang terintegrasi tinggi. Seluruh karyawan perusahaan dengan budaya perusahaan yang tinggi cenderung memegang nilai dan norma budaya yang sama. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai banyak unit, yang terstruktur berdasarkan fungsi dalam divisi atau SBU, biasanya menunjukkan sub-budaya yang kuat (missal unit R&D vs unit pemanufakturan) dan biasanya lemah dalam budaya perusahaan secara keseluruhan.
kultur dalam organisasi dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok;
      The Clan Culture. Kultur seperti ini dijumpai pada kelompok orang bekerja dimana satu dengan lainnya saling merasa cocok, bisa jadi karena perluasan anggota famili, marga, ataupun asal  yang membuat satu dengan lainnya dapat saling menerima.
      The Adhocracy Culture. Kultur lebih dinamis, berintikan kewirausahaan, dan  didapat pada tempat bekerja yang kreatif.
      The Market Culture. Kultur organisasi yang berorientasi kepada hasil dimana orientasinya adalah menyelesaikan pekerjaan.
      The Hierarchy Culture. Didapat pada tempat bekerja yang sangat formal dan terstruktur.
2.2.2Menilai Kesesuaian Strategi-Budaya
Ketika mengimplementasi strategi baru, pihak manajemen harus mempertimbangkan pertanyaan – pertanyaan berikut berkenaan dengan budaya perusahaan.
a.       Apakah strategi yang direncanakan sesuai dengan budaya organisasi saat ini?
Jika “Ya”, mulailah dengan segera. Gabungkanlah perubahan – perubahan organisasional dengan budaya perusahaan dengan mengidentifikasikan bagaimana strtegi baru akan mencapai misi yang telah ditetapkan dengan lebih baik dari strategi yang saat ini sedang dijalankan
b.      Jika strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saat ini dapatkah budaya tersebut dengan mudah dimodifikasi sehingga dapat lebih sesuai dengan strategi baru?
Jika “Ya”, jalankan strategi baru dengan hati – hati dengan memperkenalkan serangkaian aktivitas pelatihan dan pengembangan, dan atu mempekerjakan manajer – manajer baru yang lebih sesuai dengan strategi baru tersebut.
c.       Jika budaya tidak dapat berubah dengan mudah untuk lebih sesuai dengan strategi baru, apakah pihak manajemen bersedia dan mampu membuat perubahan besar organisasional dan menerima kemungkinan penundaan implementasi strategi baru dan kemungkinan meningkatnya biaya?
Jika “Ya”, manajer harus mampu mengubah budaya yang sekarang ada dengan menetapkan sebuah unit struktural baru untuk mengimplementasi strategi baru.

d.      Jika pihak manajemen tidak bersedia membuat perubahan besar organisasional yang menuntut dilakukannya perubahan dalam mengelola budaya organisasi, apakah seluruh anggota organisasi masih berkomitmen untuk melaksanakan strategi tersebut.
Jika “Ya”, carilah mitra kerja dalam usaha patungan atau mengkontrakkan strategi tersebut kepada perusahaan lain untuk melaksanakannya. Jika “tidak”, rumuskan strategi lain.

2.2.3Mengelola PerubahanBudayaMelaluiKomunikasi
Komunikasi adalah hal penting dalam mencapai manajemen perubahan dalam budaya yang efektif. Setelah melakukan pengamatan terhadap budaya perusahaan pada lebih dari 100 perusahaan yang berbeda, G. G. Gordon melaporkan bahwa perusahaan – perusahaan yang berhasil melakukan perubahanbesar dalam budaya memiliki beberapa karakteristik yang sama.
1.    Para CEO-nya memiliki visis strategi tentag akan menjadi apa perusahaan yang dipimpinnya di masa yang akan dating.
2.    Visi tersebut diterjemahkan ke dalam elemen – elemen kunci yang perlu untuk mencapai misi tersebut. Sebagai contoh, jika visis mengharuskan perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam kualitas atau jasa layanan dipilih untuk ditingkatkan dan system pengukuran yang sesuai pun dikembangkan untuk memantau aspek – aspek tersebut. Pengukuran ini dikomunikasikan secara luas melalui berbagai kontes, pengakuan baik secara informal dan formal, penghargaan yang bersifat moneter, di antara berbagai cara lainnya.
3.    Para CEO dan manajer puncak lainnya bersemangat mengkomunikasikan seluas mungkin kepada para karyawan di segala tingkat, tiga informasi penting berikut ini:
a)  Kondisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan para pesaingnya serta perkiraan kondisi perusahaan di masa yang akan dating.
b) Visi tentang akan menjadi seperti apa perusahaan di masa yang akan dating dan bagaimana perusahaan dapat mencapai visi tersebut.
c)  Kemajuan perusahaan dalam elemen – elemen kunci yang diidentifikasi sebagai hal penting dalam mencapai visi.

2.2.4MengelolaBudayaBeragamMengikutiAkuisisi
Ketika melakukan akuisisi atau bergabung dengan perusahaan lain, manajemen puncak harus mempertimbangkan potensi terjadinya benturan budaya. Bahaya jika menganggap bahwa perusahaan dapat dengan mudah disatukan ke dalam struktur pelaporan yang sama. Pada umumnya para investor bersikap skeptis terhadap merger antar perusahaan –  perusahaan yang memiliki budaya berbeda. Makin besar kesenjangan antara budaya perusahaan yang diakusisi dengan perusahaan yang mengakuisisi, makin cepat pula para eksekutif perusahaan yang diakuisisi meninggalkan pekerjaannya dan menggunakan bakat berharga mereka di perusahaan lain. Contoh klasik kesalahan manajemen dalam menangani budaya perusahaan tedadi ketika Exxon Corporation memutuskan untuk mem­beli beberapa perusahaan yang memiliki teknologi tinggi.
·         Integrasi melibatkan keseimbangn relative antara menerima dan member praktik – praktik manajerial dan budaya antara mitra merger dan tidak adanya pemaksaan untuk mengubah budaya dari satu perusahaan yang tergabung. Integrasi memberikan kesempatan kepada kedua budaya untuk bergabung, sementara memelihara perbedaan di antara keduanya dalam mencapai budaya bersama. Ketika perusahaan kereta api Seaboard dan Chesapeake & Ohio bergabung membentuk  CSX Corporation, para eksekutif puncak sangat peduli bahwa budaya kedua belah pihak akan dihargai setara sebagaimana mereka tetap menjaga perusahaan baru mereka sebagai “kemitraan yang sama dan setara.”
·         Asimilasi, perusahaan yang diakuisisi menyerahkan budayanya dan mengadopsi budaya perusahaan yang mengakuisisi. Dominasi yang dilakukan oleh perusahaan yang mengakuisisi bukanlah hal yang dipaksakan, melainkan disambut baik oleh para anggota perusahaan yang diakuisisi, yang dengan berbagai alasan merasa bahwa budaya dan praktik manajerial yang selama ini dilakukan tidak mampu membawa keberhasilan.
·         pemisahan, budaya kedua perusahaan secara struktural tetap terpisah, tanpa ada pertukaran budaya.
·         Dekulturasi adalah metode yang paling umum dan paling merusak dalam kaitannya dengan perbedaan dua budaya. Metode tersebut melibatkan disintegrasi budaya salah satu perusahaan yang terjadi karena adanya tekanan dan penolakan terhadap perusahaan lain yang dating untuk memaksakan budaya dan praktik manajerialnya. Metode ini seringkali menimbulkan kebingungan besar, konflik, kemarahan, dan stress. Merger jenis ini biasanya menghasilkan kinerja yang buruk dari perusahaan yang diakuisisi dan pada akhirnya perusahaan tersebut dilepas kembali.

2.2.5 Perencanaan Tindakan
Dua masalah yang biasa ditemui dalam implementasi strategi adalah tidak efektifnya koordinasi aktivitasdan buruknya penjabaran implementasi tugas – tugas dan aktivitas – aktivitas penting. Aktivitas dapat diarahkan langsung pada pencapaian tujuan strategis melalui perencanaan tindakan. Pada tingkat yang sederhana, rencana tindakan mengidentifikasi tindakan – tindakan yang harus diambil, orang – orang yang bertanggung jawab terhadapnya, waktu yang tersedia untuk menyelesaikannya, dan hasil yang diharapkan. Setelah menyeleksi sebua program untuk mengimplementasi strategi khusus, karyawan harus mengembangkan rencana tindakan supaya program tersebut memberikan hasil.
Perhatikan perusahaan yang memilih untuk melakukan integrasi-vertikal ke hulu melalui akuisisi atau mengembangkan rantai ecerannya sebagai bagian dalam strategi pertumbuhannya. Setelah melakuakan akuisisi, perusahaan harus mengintegrasi gerai ecerannya ke dalam perusahaannya. Salah satu dari berbagai program yang harus dilaksanakan adalah perusahaan harus mengembangkan strategi periklanan baru. Hasil dari rencana tindakan yang akan diambil perusahaan haruslah meliputi beberapa elemen berikut ini.
·       Harus diambil tindakan-tindakan khusus untuk membuat program berjalan
·       Tanggal untuk memulai dan mengakhiri setiap tindakan
·       Menetapkan orang (diidentifikasi dengan Hama dan jabatan) yang bertang-gung jawab terhadap pelaksanaan setiap tindakan
·       Mienetapkan orang yang akan bertanggung jawab untuk memantau waktu dan efektivitas setiap tindakan
·       Perkirakan konsekuensi financial dan fisik dari setiap tindakan
·       Rencanakan tindakan-tindakan kontingensi (darurat)

Menurut J. C. Camillus, seorang ahli dalam implementasi dan pengendalian strategi, untuk beberapa alas an rencana tindakan merupakan hal yang penting. Pertama, rencana tindakan berperan sebagai penghubung antara perumusan strategi dan evaluasi serta pengendaliannya. Kedua, rencana tindakan menjelaskan secara khusus hal – hal yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan program yang berbeda dengan cara operasi yang selama ini dijalankan. Ketiga, selam proses evaluasi dan pengendalian yang akan berlangsung kemudian, rencana tindakan dapat membantu baik dalam penilaian kinerja dan dalam identifikasi tindakan perbaikan yang diperlukan. Sebagai tambahan, penugasan yang jelas terhadap tanggung jawab untuk mengimplementasi dan memantau program – program tersebut dapat memperkuat motivasi.
2.2.6Management By Objectives (MBO)
Management By Objectives (MBO) merupakan pendekatan organisasional yang secara luas telah digunakan untuk membantu diambilnya tindakan – tindakan yang bermanfaat dalam mencapai sasaran yang diinginkan. MBO menghubungkan sasaran organisasional dengan perilaku individu. Karena sistem tersebut mampu menghubungkan rencana dengan kinerja, MBO merupakan implementasi yang sangat bermanfaat. Proses MPO meliputi :
  1. menetapkan dan mengkomunikasikan sasaran. Organisasional
  2. Menyusun. sasaran individual (melalui interaksi karyawan dan atasan) yang akan membantu implementasi sasaran organisasi.
  3. Mengembangkan sebuah rencana tindakan terhadap aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, dan
  4. Secara periodik (sedikitnya tiap triwulan) menganalisis kinerja yang berhubungan dengan sasaran yang telah ditetapkan dan termasuk di dalamnya hasil penilaian kinerja tahunan.
Tekhnik MBO juga memberikan kesempatan untuk menghubungkan sasaran tiap orang di setiap tingkat kepada mereka yang ada si tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, MBO menghubungkan bersama – sama sasaran perusahaan, sasaran unit bisnis, dan sasaran fungsional dan strategi – strategi yang dikembangkan untuk mencapai sasaran tersebut. Walaupun program – program tersebut biasanya cenderung mendukung kepercayaan bahwa MBO seharusnya menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibanding yang dapat dicapai oleh pendekatan – pendekatan lainnya yang tidak melibatkan sasaran kinerja, umpan balik yang relevan, dan kerja sama penetapan sasaran antara atasan dan bawahan.
Salah satu manfaat nyata dari MBO adalah MBO dapat mengurangi sejumlah besar proses politik internal dalam sebuah perusahaan besar. Tindakan – tindakan politis seringkali menyebabkan konflik dam memecah belah banyak orang dan kelompok – kelompok kerja yang seharusnya bekerja sama dalam mengimplementasi sebuah strategi. Orang – orang akan kurang berminat untuk berebut posisi jika misi dan sasaran perusahaan jelas dan mereka tahu bahwa system penghargaan atas kinerja bukan didasarkan pada aturan main semata, namun pada pencapaian yang dikomunikasikan dengan jelas, dan dapat diulur dengan objektif.

2.2.7Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (TQM) adalah sebuah filosofi operasional yang menekankan komitmen pada kepuasan pelanggan dan peningkatan berkelanjutan. TQM merupakan “payung” bagi berbagai kumpulan konsep dan prosedur yang pertama kali diajukan oleh W. Edward Deming dan diteruskan oleh Joseph Juran dan Philip Crosby. Dengan kata lain, TQM melibatkan komitmen pada kualitas, keunggulan, dan menjadi yang terbaik dalam seluruh fungsi. Menurut J. Schonberger, pakar dalam manajemen operasi dan rekayasa produksi, ada empat tujuan dalam TQM:
  1. Kualitas produk  dan jasa yang lebih baik dan sedikit variabel;
  2. Respon yang lebih cepat dan sedikit variabel dalam memproses kebutuhan pelanggan;
  3. Fleksibilitas yang lebih besar dalam penyesuaian terhadap perubahar. kebutuhan pelanggan; dan
  4. Biaya yang lebih rendah melalui peningkatan kualitas dan eliminasi pekerjaan yang tidak memiliki nilai tambah.
Karena TQM berusaha mengurangi biaya serta meningkatkan kualitas, TQM dapat digunakan sebagai program untuk mengimplementasi baik strategi biaya rendah pada seluruh tingkatan atau strategi bisnis diferensiasi.
Berdasarkan TQM, proses yang salah adalah penyebab utama buruknya kualitas, bukan kurangnya motivasi karyawan. Walaupun salah satu akar TQM adalah statistical process control, TQM melibatkan serangkaian luas tekhnik, mulai dari scatter diagram sampai benchmarking dan tim lintas fungsi. Program tersebut juga biasanya melibatkan perubahan signifikan dalam budaya perusahaan, menuntut kepemimpinan yang kuat dari manajemen puncak, pelatihan karyawan, pemberdayaan karyawan tingkat rendah (dengan memberikan karyawan lebih banyak control atas pekerjaan mereka), dan kerja tim untuk membuatnya berhasil. TQM menekankan pencegahan, bukan perbaikan, walaupun pemerikasaan terhadap kualitas masih dilakukan. Tekanannya adalah pada peningkatan proses untuk mencegah terjadinya kesalahan dan defisiensi, dengan menetapkan gugus kendali mutu (quality circle) atau tim peningkatan kualitas yang mengidentifikasi masalah dan menyarankan berbagai cara untuk memperbaiki proses yang menyebabkan masalah.
Elemen-elemen penting dalam TQM
  • Fokus yang kuat terhadap kepuasan pelanggan; Seluruh karyawan (tidak anya orang – orang di bagian penjualan dan pemasaran) harus memahami bahwa pekerjaan mereka ada karena adanya kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, pendekatan yang harus diambil oleh karyawan sehubungan dengan pekerjaan mereka adalah bagaimana hasil pekerjaan itu akan mempengaruhi kepuasan pelanggan.
  • Pelanggan adalah internal dan eksternal;  Karyawan bagian pengemasan adalah pelanggan internal bagi karyawan bagian lainnya yang sedang menyelesaikan perakitan produk, dan orang yang membeli produk adalah pelanggan bagi seluruh anggota perusahaan. Seorang karyawan harus memuaskan pelanggan internal dan juga pelanggan eksternal.
  • Pengukuran yang akurat terhadap seluruh variabel kritis dalam operasi perusahaan; Karyawan harus dilatih dalam hal apa saja yang akan di ukur, bagaimana mengukur, dan bagaimana menerjemahkan data yang ada. Aturan penting dalam TQM adalah “Anda hanya akan berkembang pada bagian yang Anda ukur.”
  • Peningkatan berkelanjutan pada produk dan jasa; Setiap orang menyadari perlunya memantau operasi perusahaan secara berkesinambungan untuk menemukan berbagai cara untuk meningkatkan produk dan layanan.
  • Hubungan kerja yang baru yang didasarkan pada saling percaya dan kerja tim; Kuncinya adalah gagasan pemberdayaan atau memberikan keleluasaan kepada karyawan dalam cara mereka mencapai sasaran perusahaan.
















0 comments:

Post a Comment